
Menyediakan air minum berkelanjutan merupakan usaha untuk menjaga sumber air minum yang sehat dan aman untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Air termasuk dan terhitung sebagai sektor penyokong kehidupan yang memerlukan akses yang layak untuk semua orang. Menyediakan air minum berkelanjutan
Inti dari praktik hidup sehat ini memberikan dampak yang jelas sebagai motor pertumbuhan ekonomi sebuah negara.
Meski urgensi yang demikian penting, nyatanya, masih banyak pengabaian dan tata kelola yang “semerawut” terhadap sumber daya yang satu ini. Menyediakan air minum berkelanjutan
Pengelolaan yang buruk akhirnya berdampak pada penyediaan fasilitas sanitasi yang tidak layak, penanganan limbah yang tidak sesuai dan semkain parah dengan populasi yang tidak terkontrol.
Selain itu, kondisi kebergantungan konsumsi akan produk farmasi dan kosmetik juga menyebabkan akan timbulnya masalah kontaminan baru pada badan air.
Dengan adanya kontaminan-kontaminan tersebut maka untuk mencapai kualitas air yang layak untuk kebutuhan air minum tentu akan lebih sulit.
Secara umum, semua aplikasi mitigasi sejatinya sudah terlaksana namun memang masih jauh dari kata optimal karena beberapa masalah. Menyediakan air minum berkelanjutan
Masalah-masalah klasik seperti kurangnya perencanaan yang matang, aturan yang baku, kerangka kerja yang kurang matang serta masalah korupsi, menjadi penghalang tercapainya hasil yang optimal.
Akibatnya, banyak dari masyarakat yang berasal dari kelas sosial yang berada di bawah tidak mendapatkan akses kepada air minum yang aman.
Untuk itu perlu adanya pendekatan yang komprehensif untuk menguraikan masalah yang kompleks ini.
Sehingga nantinya hasil dari diskusi dapat meningkatkan ketersediaan air minum yang aman untuk semua kalangan. Menyediakan air minum berkelanjutan
Tak lupa, bentuk dan upaya tersebut juga tetap mengedepankan poin-poin keberlanjutan.
Hal ini bertujuan untuk memastikan keberlanjutan nilai-nilai kehidupan generasi mendatang.
Tantangan dalam Mencapai Kualitas Air Minum
Seperti yang telah kita pahami, air memiliki peran sangat krusial untuk semua sektor kehidupan di bumi tidak terkecuali. Menyediakan air minum berkelanjutan
Terlebih untuk menunjang kesehatan masyarakat perlu adanya air yang aman untuk keperluan harian seperti untuk minum dan memasak.
Pasalnya, air yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut berasal dari sumber air yang kerap terkontaminasi oleh berabagi macam polusi.
Hal ini semakin bertambah parah dengan adanya laju urbanisasi yang begitu cepat yang berjalan beriringan dengan pertambahan populasi.
Kondisi di atas akan kerap kita jumpai pada banyak negara-negara berkembang yang juga terkena efek dari perubahan iklim selain dari masalah sebelumnya.
Pernahkah kita terpikir bahwa masalah kontaminasi badan air tersebut nyatanya berdampak pada laju perekonomian negara? Menyediakan air minum berkelanjutan
Pemikiran sederhananya, jika sebuah komunitas masyarakat mendapat supply air minum yang berkualitas, maka kesehatan masyarakat lebih terjaga.
Manakala kesehatan masyarakat terjaga, peningkatan produktivitas dan daya saing sumber daya manusia bisa kita harapkan. Menyediakan air minum berkelanjutan
Jika sebuah negara memiliki tingkat produkstivitas tinggi dengan sumber daya yang kompetitif maka peluang untuk menjadi negara dengan ekonomi yang kuat bisa terwujud.
Sehingga kita akan bertanya, lantas apakah kualitas air minum kita sudah sesuai untuk langkah-langkah sederhana tersebut?
Di titik inilah kita harus akui bahwa, banyak dari temuan fakta di lapangan yang justru memberikan jawaban sebaliknya. Menyediakan air minum berkelanjutan
Seperti yang kita singgung sebelumnya, banyak kompleksitas di lapangan yang menyebabkan, timbul masalah terutama pada kualitas air minum.
Berawal dari terbatasnya persediaan bahan baku air bersih karena jumlah yang sedikit dan kontaminasi polutan yang jauh lebih menodminasi. Menyediakan air minum berkelanjutan
Hingga berbagai kondisi lain, seperti sebelumnya, yaitu urbanisasi dan ledakan populasi.
Polusi, Tantangan Utama Mencapai Kualitas Air Minum Layak
Di dunia, hampir semua air tanah sudah terkontaminasi dengan berbagai macam polutan mulai dari geogenic, mikrobiologi, bahkan radioaktif.
Secara umum bahkan, di India, hampir 2 juta rumah tangga terkena kontaminasi arsenik dan juga fluoride.
Bahkan lebih jauh lagi, pada sebuah studi menyatakan bahwa sekitar 31% dari populasi di Nepal telah terpapar kontaminasi arsenik. Menyediakan air minum berkelanjutan
Hal ini berarti 1 dari 3 orang di Nepal, terpapar kontaminasi arsenik yang tentu kita tahu berbahaya bagi kesehatan tubuh. Menyediakan air minum berkelanjutan
Selain arsenik, ada juga beberapa daerah yang air tanahnya terkontaminasi oleh konsentrasi kadar uranium di atas batas toleransi WHO.
Belum lagi, kadar salinitas, logam berat, seperti timbal, kadmium, besi dan chromium yang juga kerap menjadi masalah pada sumber air permukaan dan air tanah.
Kontaminasi organik juga tak kalah dalam memberikan kontribusi engatif pada badan air, yang hampir menjangkiti 69% dari penampungan air, khususnya di wilayah pinggiran.
Ironisnya, motor utama kegiatan pertanian yang merupakan sektor utama dalam menjaga ketahanan pangan, justru paling rentan terpapar masalah ini.
Mereka yang berada dalam peranan yang vital, justru menjadi yang terpinggirkan, terabaikan dan menjadi korban paparan kontaminasi berbahaya.
Ironisnya, hal ini kebanyakan sama sekali tidak mendapat perhatian karena tidak adanya laporan atas jatuhnya korban akibat hal tersebut. Menyediakan air minum berkelanjutan
Pola pikir reaktif seperti inilah yang agaknya banyak kita temukan pada sebagian besar proses pengambilan kebijakan pada model birokrasi lama. Menyediakan air minum berkelanjutan
Eksploitasi Air Tanah Berlebihan
Mengolah air dengan kontaminasi yang jelas berada di depan mata tentu bukan hal yang mudah, maka satu-satunya jalan paling mudah adalah menggunakan air tanah.
Agaknya pola pikir inilah yang paling mudah kita temukan di hampir setiap kondisi interaksi manusia dan air di negara-negara berkembang. Menyediakan air minum berkelanjutan
Meski tidak sepenuhnya salah karena kami yakin alasan mereka sejatinya cukup beralasan, jika melihat bagaimana masalah yang mereka hadapi, tetap saja, hal ini menjadi tantangan tersendiri.
Karena berdasarkan solusi dari bagaimana manajemen pengolahan air tergolong dalam konsep keberlanjutan, adalah adanya ekonomi sirkular.
Sedikitnya, ekonomi sirkular tentu bisa kita prediksi bersifat memaksa agar seluruh elemen masyarakat berpartisipasi. Menyediakan air minum berkelanjutan
Meski tentu, bukan berarti, seluruh elemen masyarakat harus menanggung “biaya” untuk terwujudnya konsep ekonomi sirkular ini. Menyediakan air minum berkelanjutan
Istilah “tanggung renteng” yang mengakar juga kadang yang menjadikan masyarakat dari lapisan kelas bawah enggan untuk berpikir lebih jauh pada konsep ini.
Alhasil, mengeksploitasi air tanah, terkesan, merupakan solusi paling mudah dan murah, meski akan berdampak pada kehidupan secara umum di masa mendatang.
Infrastruktur Usang, Tidak Mampu Mengikuti Konsep Keberlanjutan
Konsep keberlanjutan mengusung penggunaan teknologi yang dapat beradaptasi dengan perubahan yang demikian cepat, artinya infrasstruktur harus senantiasa mengikuti perubahan tantangan.
Sayangnya, hal ini tidak dengan cepat dan tepat dibaca oleh sebagian besar pemangku kepentingan dan kebijakan. Menyediakan air minum berkelanjutan
Banyak dari proyek pengolahan air menggunakan sistem yang sudah tidak layak, terutama dapat langsung terlihat dari kebocoran yang terjadi. Menyediakan air minum berkelanjutan
Dengan adanya kebocoran kemungkinan kontaminasi yang terjadi pada saluran distribusi sangat mungkin terjadi, sehingga selain kurangnya efisiensi, kembali masalah polusi juga turut berkontribusi.
Kurangnya Infrastruktur yang Memadai
Bukan saja infrastruktur yang sudah usang, jumlah infrastruktur yang ada juga kurang dari yang seharusnya.
Hanya sekitar 45% dari total limbah yang dapat terolah dengan infrastruktur yang ada, dan tentu ini sangat jauh dari operasional yang layak. Menyediakan air minum berkelanjutan
Tentunya, dengan kondisi demikian, limbah tersebut akan kembali ke badan air dan yang terkena dampak pencemaran itu adalah air sungai.
Air sungai mendapat paparan polusi dari limbah yang tidak terolah dengan baik sehingga menyebabkan penurunan kualitas pada badan air.
Kualitas badan air yang menurun akhirnya menyebabkan pengolahan air untuk memperoleh air minum dari sumber air ini menjadi lebih sulit.
Akhirnya akan berakhir pada biaya pengolahan yang lebih mahal, atau akses yang tidak merata pada semua kalangan.
Dan mencapai kualitas air minum pun kembali terkena kendala dari sisi bahan baku yang tidak terolah dengan baik.
Perubahan Iklim
Seperti sebelumnya, perubahan iklim juga menjadi tantangan untuk mendapat kualitas air minum yang berkualitas.
Secara sederhana, proses perubahan iklim mengganggu stabilitas kualitas air berasal dari kemungkinan timbulnya bencana iklim.
Bencana iklim ini umumnya menyebabkan pembagian curah hujan tidak merata, sehingga berakhir menjadi banjir, yang kemudian menjadi bencana lain.
Dengan adanya banjir, maka air akan tercampur dengan berbagai kontaminan lain yang menyebabkan air menjadi tercemar.
Komunikasi Antara Pemegang Kepentingan
Tentunya karena sumber air terkadang terbentang menjadi bagian dari beberapa wilayah pemerintahan, penentuan kebijakan haruslah terkoordinir dengan rapi.
Namun nyatanya, komunikasi ini tidak mudah, dan justru menjadi akar dari konflik dan perpecahan.
Hal ini bisa kita lihat bagaimana potret yang bisa kita amati dari hubungan antara Jepang dan beberapa negara, terkait pembuangan limbah nuklir.
Komunikasi inilah yang hingga saat ini, masih sulit mencapai kesepakatan yang dapat mengamankan sumber air dari berbagai pencemaran.
Menjaga Kualitas Air dengan Regulasi
Kualitas air dan regulasi yang mengaturnya bertujuan untuk menjaga kesehatan publik dan lingkungan serta memastikan kualitas air.
Ketentuan ini juga harus teruji secara akademik oleh ahli di bidang medis dan juga otoritas kesehatan publik.
Pengawasan terhadap kualitas air ini juga tetap dilakukan secara berkala untuk memastikan parameter masih relevan dengan parameter kesehatan publik terbaru.