Mitra Water

Solusi Kebutuhan dan Perawatan Air Anda

Pengolahan Air Ramah Lingkungan

Pengolahan Air Ramah Lingkungan

Pengolahan Air – Ramah lingkungan memiliki arti partisipasi dari sebuah produk, jasa atau aktivitas yang berkontribusi pada lingkungan. Istilah tersebut juga mencakup segala jenis kampanye yang mampu memberikan kontribusi positif lainnya seperti pengurangan limbah, polusi dan juga jejak karbon. Ada beberapa hal yang menyebabkan kondisi kesehatan lingkungan semakin terpuruk, salah satu yang paling berbahaya adalah karbon dioksida.

Seperti yang kita ketahui bersama, karbon dioksida sejatinya merupakan senyawa kimia yang kerap kita temukan. Limbah dari sistem pernafasan manusia juga menghasilkan karbon dioksida, lantas bukankah kita berkontribusi pada kerusakan lingkungan? Tentu jawabannya tidak, aktivitas alami pernafasan manusia dan makhluk hidup lain tidak begitu memberi dampak yang signifikan.

Justru, pada kondisi yang normal, maka adanya karbon dioksida justru dapat menstabilkan kondisi suhu di bumi. Apabila tidak ada karbon dioksida yang berfungsi sebagai gas rumah kaca maka suhu rata-rata di bumi dapat mencapai -18 derajat celsius. Sehingga mungkin kita bertanya, lantas apa penyebab yang menjadikan karbon dioksida menjadi hal yang berbahaya bahkan paling berbahaya bagi kesehatan lingkungan?

Karbon dioksida seperti yang ketahui merupakan gas buang atau limbah, namun secara alami sebenarnya alam telah memiliki mekanisme daur ulang. Daur ulang karbon dioksida secara umum dapat kita temukan pada tumbuhan yang berfotosintesis. Tumbuhan hijau mampu mengubah kandungan karbon dioksida dalam udara menjadi oksigen, yang justru berguna bagi makhluk hidup.

Sudah mulai terbayang bagi kita akan keberadaan karbon dioksida yang sejatinya tidak berbahaya jika aktivitas kita lebih mempertimbangkan daur ulang dari alam. Namun, perjalanan peradaban manusia dari sisi sosial dan ekonomi, telah menciptakan masalah baru. Oleh karena itu, perkembangan peradaban inilah yang sejatinya memberi dampak signifikan pada kesehatan lingkungan.

Mengurangi atau Menyesuaikan?

Karena kita mengetahui akan jati diri dari karbon dioksida, kita pun dapat membayangkan apa yang mungkin terjadi jika jumlahnya tidak terkontrol. Sejauh kehidupan manusia, jumlah karbon dioksida mungkin tidak pernah menjadi pertimbangan saat akan memilih sebuah keputusan. Hingga pada beberapa dekade terakhir, beberapa pihak mulai sadar akan alam yang semakin lama semakin tidak menentu.

Sehingga muncul pertanyaan, apakah kita harus mengurangi atau lebih baik kita menyesuaikan diri? Jawabannya, tentu masih menjadi perdebatan, karena konsekuensi di balik jawaban tersebut memiliki konsekuensi yang serius. Pertaruhan yang paling utama adalah keselamatan nyawa makhluk hidup yang tinggal di bumi.

Wujud nyata dari keputusan yang masih kurang tepat dalam setiap pengambilan keputusan telah kita rasakan dampaknya. Meski tidak semua bencana alam berkaitan dengan isu lingkungan hidup, nyatanya banyak bencana yang terjadi terpengaruh oleh kondisi lingkungan hidup. Sebut saja, bencana wabah, bencana alam seperti banjir yang memiliki peran aktif manusia sebagai aktor utama.

Pengurangan limbah karbon dioksida atau lebih terkenal dengan emisi karbon, nyatanya akan memberikan dampak pada sektor lain. Jika keputusan ini yang kita pilih, maka dampak yang paling nyata akan kita rasakan adalah dari sisi gaya hidup. Gaya hidup, dalam arti lain peradaban, sbeagaimana yang kami singgung sebelumnya, inilah penyebab asal dari kerusakan lingkungan.

Lantas, mana yang akan kita pilih, mempertahankan gaya hidup atau mengurangi emisi karbon? Kembali perlu kita ketahui bagaimana dengan pilihan lainnya, yaitu penyesuaian. Manusia memiliki kemampuan beradaptasi yang lebih baik jika kita bandingkan dengan makhluk hidup lainnya, itu yang akan kita manfaatkan.

Hidup Berdampingan Dengan Kondisi Alam

Berdampingan dengan alam sering kita artikan berdampingan dengan alam yang sedang dalam kondisi baik. Pernahkah kita bayangkan hidup berdampingan dengan alam yang sedang dalam kondisi tidak baik? Hal ini yang sering kita lupakan, alih-alih mengurangi gas emisi karbon, nyatanya kita tetap tidak hidup berdampingan dengan alam pada kondisi saat alam terpuruk.

Apa maksud dari hidup berdampingan? Sederhana sekali, artinya kita hidup dengan kondisi yang ada saat ini. Lalu, apakah berarti kita biarkan alam itu dalam kondisi yang tidak sehat? Tentu tidak, kondisi alam yang tidak sehat tetap harus kita obati, tapi apakah kita sanggup menemani alam yang sedang sakit itu? Apakah kita dapat mewujudkan bentuk dukungan kita terhadap alam yang sedang mencoba meraih kesembuhannya?

Seperti makhluk hidup, alam juga memiliki sistem imun, yang akan melawan hal-hal buruk untuk bisa bertahan hidup. Maka jangan sampai gaya hidup, bagian kecil dari alam termasuk ke dalam virus yang menggerogoti alam itu sendiri. Jika saat itu terjadi, maka virus tersebut tentu akan berusaha dimusnahkan oleh sistem imun agar bisa kembali sehat.

Memilih Untuk Menjadi Pendukung Yang Aktif

Fakta bahwa alam sedang tidak baik-baik saja, tentu sudah menjadi pengetahuan umum dan menjadi permasalahan bersama sekarang dan masa depan. Manusia senantiasa berusaha untuk bisa berbuat apa pun untuk bisa memulihkan alam seperti sedia kala. Cara yang palilng sering menjadi pilihan adalah dengan pengurangan.

Pengurangan yang sejati menurut kami, adalah penyesuaian yang tepat sasaran, karena pengurangan tanpa kontrol juga akan berdampak negatif. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Coba bayangkan jika semua sektor bergerak mengurangi emisi karbon, tanpa ada gerakan penyesuaian akan kondisi yang ada, bukankah justru akan menimbulkan masalah baru?

Mungkin sebagian belum memahami hal tersebut, namun analogi sederhananya, perubahan drastis yang tidak bertahap akan sesuatu, akan meciptakan ketidaksiapan. Seperti layaknya bangunan, jika tidak siap artinya rapuh dan jika rapuh artinya tidak mampu bertahan lama. Kerapuhan ini yang harus kita hindari saat memilih mengurangi emisi karbon, pendekatan lebih baik adalah penyesuaian, menyeimbangkan.

Penyeimbangan kandungan emisi karbon di udara tentu juga tidak mudah, karena konsep ini harus tertanam sejak dini. Pergeseran makna penyeimbangan ini sering ditanggapi spontan dengan pengurangan secara masif. Yang terkadang menjadi sedikit janggal adalah, pengurangan secara masif hanya berada pada pihak tertentu saja tidak pada pihak yang lain.

Revolusi Peradaban Bukan Revolusi Hijau

Dari sini kita tahu, bahwa revolusi yang perlu kita lakukan adalah revolusi peradaban, pembenahan dari sisi pola pikir jauh lebih bertahan dalam jangka panjang. Pilihan yang kita pilih adalah strategi kita untuk menang dalam pertarungan dalam masalah ini. Dan tentu kita ingin kemenangan ada di pihak kita dan dalam jangka panjang, bukan hanya seumur jagung.

Mengapa bukan revolusi hijau? Gerakan penghijauan memang terlihat menggiurkan dari sisi pencapaian. Terlalu lamanya manusia hanya memikirkan keuntungan ekonomi yang menjadikan bahkan pilihan untuk menjadi lebih ramah lingkungan adalah keputusan ekonomis. Sehingga beberapa pihak pun lebih memilih pendekatan yang lebih menguntungkan secara ekonomis, ketimbang substantif.

Gurauan ini dapat kita lihat dalam bagaimana sebagian besar industri dituntut untuk segera mengubah kegiatan industri mereka ‘terlihat’ lebih hijau. Hal ini bisa kita lihat dengan berbagai pergerakan yang mereka lakukan dengan mengaplikasikan sistem terbaru dengan jargon ramah lingkungan. Manusia secara umum, memang menyukai hal yang instan, cepat, dan terburu-buru, bahkan dalam keputusan krusial terkait lingkungan hidup.

Meski para ilmuwan setuju dengan langkah positif ini, namun sejatinya inti dari pada gerakan ramah lingkungan bukan hanya mengurangi. Meski mengurangi adalah cara paling tepat dalam pengobatan, nyatanya dalam praktik yang lebih baik adalah memperbaiki. Memperbaiki alam akan lebih fokus memperbaiki fungsi awal dari sistem alami yang telah terbentuk sedemikian rupa.

Memperbaiki Hal Yang Berdampak Pada Kesehatan Alam

Anggaplah, makhluk hidup di bumi adalah sel dan alam adalah tubuh manusia, dan kondisi alam sekarang sedang sakit, apa yang harus dilakukan? Pengobatan sel atau perbaikan sel? Pengobatan yang kita ketahui tentu akan melibatkan eliminasi sel, dalam hal ini makhluk hidup. Sementara perbaikan sel, akan memperbaiki sel yang rusak dan menjadi berfungsi sebagaimana mestinya.

Tantangannya adalah, sel yang kita hadapi memiliki kebebasan, memiliki rasa dan memiliki keputusan yang otonom. Sel tersebut adalah manusia. Ya, dalam memperbaiki kesehatan alam, poin yang harus kita tekankan adalah perbaikan manusia itu sendiri. Karakter seperti apa yang dibutuhkan untuk menjaga alam tetap sehat adalah karakter yang sedang kita tuju.

Spesifikasi manusia yang berjalan sesuai dengan kesehatan alam, dan keberlangsungan kehidupan setelahnya, inilah yang kita perlukan. Sejalan dengan pilihan pertama, pengurangan harus kita landasi dengan semangat penyesuaian, mengembalikan manusia kepada fungsi aslinya terhadap alam. Sebagai sel yang bekerja sejalan dengan keberlangsungan hidup alam dan bukan sebaliknya.

Jalan Penyesuaian Paling Penting: Air

Kita berbicara panjang mengenai kondisi kesehatan lingkungan dari sisi yang paling krusial yaitu udara. Faktanya, sisi penting lain yang juga menopang kehidupan manusia adalah air, ketersediaan air, menjamin keberlangsungan hidup. Jika udara sudah terbebas dari kuantitas karbon dioksida terlebih, akan menjadi sia-sia saat air tidak terpakai secara maksimal.

Malahan, semua siklus yang berusaha kita bangun akan sia-sia dan kembali lagi ke titik awal, hanya karena mengatasi persediaan air. Kebanyakan air yang kita gunakan berasal dari proses pembentukan air siap pakai dari proses alami. Proses ini tentunya memakan waktu, sementara gaya hidup sekarang begitu mengalami percepatan yang tidak terukur.

Lebih terkenal sebagai sumber daya yang mudah didapat dan memiliki nilai yang rendah, air sering kali diremehkan. Asumsi demikian terhadap air menjadikan manusia tidak menghargai air dan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak terlalu penting. Alhasil, pengolahan air lanjutan yang perlu ada karena aktivitas manusia sering menjadi pilihan terakhir dalam lingkup pengembangan.

Pengolahan Air Berbasis Ramah Lingkungan

Pengolahan air yang menjadi kebutuhan untuk menjawab tantangan perbaikan kondisi lingkungan adalah pengolahan air ramah lingkungan. Artinya, pengolahan air memiliki konsep dan sistem yang bertujuan untuk tetap menjaga kondisi lingkungan dalam kondisi yang baik. Sehingga, semakin rendah emisi karbon yang keluar, secara sederhanan, semakin sistem atau konsep pengolahan air itu ramah terhadap lingkungan.

Sekarang, apakah pengolahan air berkontribusi pada penambahan emisi karbon pada lingkungan? Jawabannya, tidak. Sejatinya pengolahan air tidak berkontribusi langsung pada penambahan emisi karbon, kontribusi terjadi pada penggunaan energi. Energi yang ada sekarang umumnya berasal dari pembakaran, yang mana hal itu berkontribusi langsung pada penambahan emisi karbon pada lingkungan.

Sehingga, selama pengolahan air, tidak menggunakan sumber energi tersebut, atau memanfaatkan energi tersebut semaksimal mungkin, artinya pengolahan sudah ramah lingkungan. Namun, tantangan ke depan adalah, mana yang harusnya lebih kita dahulukan, menggunakan konsepnya atau mengurangi penggunaannya? Dalam hal ini, maka menggunakan konsepnya jauh lebih rasional, karena beberapa pandangan berikut.

Dari Sisi Pengguna

Penerapan sistem baru, konsep baru, pola pikir baru, artinya membutuhkan waktu untuk mempelajari sistem tersebut. Perubahan pola pikir dari konsep konvensional dan lebih ramah lingkungan memerlukan waktu dan juga pikiran untuk mempelajarinya. Meski dengan kemudahan informasi yang bisa kita dapatkan sekarang, tetap saja ada delay dalam memahami sistem kerja dari konsep pengolahan yang baru.

Selain itu, pemahaman akan kesadaran terhadap lingkungan juga bukan hal mudah yang dapat segera diterapkan. Butuh waktu sehingga pada setiap pengambilan keputusan, pertimbangan terbesar adalah isu lingkungan. Karena tidak menutup kemungkinan, untuk bisa sampai ke titik tersebut banyak hal yang harus menjadi pertimbangan salah satunya adalah terkait budget.

Dari Sisi Biaya

Hal ini yang sepertinya sampai sekarang, menjadi inti dari semua penghalang percepatan perubahan, insentif. Semua pihak sangat bergantung pada insentif, termasuk transisi dari pola pikir lama ke pola pikir ramah lingkungan. Semuanya akan bermuara lagi mengarah pada satu hal yaitu terkait insentif.

Insentif meski tidak selalu berkaitan dengan biaya, tapi nyatanya semua akan lebih mudah jika berwujud angka. Meski ada juga beberapa yang berwujud nilai secara tidak nampak, tapi untuk menegaskan nilai itu, angka sangat berpengaruh. Semua pihak akan lebih mudah membandingkan saat melihat angka, yang lebih besar dan memberi lebih banyak keuntungan itulah yang akan terpilih.

Nyatanya, perubahan atau transisi ke konsep ramah lingkungan mengharuskan banyak biaya yang perlu terlibat. Mulai dari training, maintenance dan optimasi penggunaan hingga pemberian dampak terkecil, bukan tanpa biaya. Sehingga karena hal ini juga, kebanyakan transisi mengalami perlambatan dan ketidakpastian.

Dari Sisi Masa Depan Investasi

Sekarang, bisa kita lihat, tujuan dari penggunaan konsep yang ramah lingkungan dengan biaya yang tidak sedikit, akankah bertahan selamanya? Jawabannya tidak, tentu dengan semua konsep buatan ini, tidak menjamin sistem akan bertahan selamanya. Masa depan akan datang dengan tantangan baru dan solusi baru, mungkin tidak dalam waktu dekat, tapi terbilang kurang hingga keputusan bulat akan hal ini dapat terwujud.

Sebagai gambaran sederhana saja, jika sebuah rumah tangga menggunakan berbagai instrumen yang lebih ramah lingkungan, tantangannya adalah pengembalian investasi. Apakah dengan menggunakan instrumen tersebut di masa depan biaya yang keluar di awal akan kembali atau justru mengalami depresiasi? Jika berkaca pada teori secara umum, maka depresiasi sudah pasti, dan investasi di awal tidak akan kembali.

Secara sederhana, semuanya terlihat seperti donasi dari setiap penghuni di bumi untuk alam. Apakah kita akan menyisihkan sebagian nilai yang kita kejar, atau kita akan tetap pada nilai yang menjadi tujuan kita. Pertanyaan ini yang menjadi tanggung jawab semua orang, namun sedikit saja yang berani mengambil keputusan melawan kebiasaan ini.

Kesimpulan

Sebagai penutup, pengolahan air ramah lingkungan adalah pengolahan air yang memiliki prinsip-prinsip ramah lingkungan. Ramah lingkungan sendiri berarti segala upaya yang bertujuan untuk bisa mengembalikan fungsi alam sebagaimana mestinya. Menjadi tempat tinggal yang aman dan nyaman untuk keberlangsungan hidup umat manusia dan makhluk hidup lainnya.

Penerapan konsep ramah lingkungan bukan hanya berfokus pada pengurangan hal yang merusak lingkungan namun juga penyesuaian gaya hidup. Jika semua berfokus pada pengurangan, maka tidak menutup kemungkinan, upaya ini akan terkendala. Kendala yang akan kita hadapi mulai dari persiapan sumber daya manusia, biaya yang harus dikeluarkan dan pandangan jauh ke depan akan investasi yang sudah dikeluarkan.

Konsep ramah lingkungan, menyentuh hampir semua sektor, dan pengolahan air adalah yang paling penting. Hal ini terkait kegunaan air yang menjadi kebutuhan di semua lini kehidupan, sehingga pengolahan air perlu untuk segera mendapat perhatian. Mengamankan air artinya mengamankan sumber kehidupan di masa sekarang dan masa mendatang.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *