Pemanas Air Ramah Lingkungan
Pemanas Air Ramah Lingkungan menjadi solusi untuk penyediaan air hangat untuk mandi dan relaksasi dengan biaya operasional lebih terjangkau. Penggunaan pemanas tenaga surya populer khususnya di hunian yang mengedepankan konsep smart living. Konsep smart living mengusung konsep hunian yang ramah lingkungan dengan teknologi terkini dan tidak melakukan pemborosan energi.
Masalah energi sedang menjadi perbincangan akhir-akhir ini karena adanya masalah perubahan iklim. Perubahan iklim yang sedang terjadi adalah dampak dari pemanasan global yang tak kunjung menemukan titik terang akan solusi konkret yang sudah kita lakukan. Hasilnya, penggunaan energi berlaku secara terbatas menggunakan sistem konvensional saat ini yang memanfaatkan energi fosil sebagai bahan bakar utama.
Selain karena jejak karbon yang begitu besar, penggunaan bahan bakar fosil juga berada dalam kondisi krisis karena jumlahnya terbatas. Sehingga manusia dihadapkan dengan dua tantangan sebelum bumi menjadi semakin panas dan bahan bakar semakin menipis. Dua penghalang ini yang menyebabkan, penggunaan segala teknologi yang ramah lingkungan menjadi perhatian utama saat ini.
Pemanas Air Ramah Lingkungan
Pemanas Air Ramah Lingkungan menjadi kebutuhan mendesak terutama pada hunian atau penginapan di daerah dataran tinggi yang cenderung berhawa dingin. Pada musim-musim tertentu, kondisi suhu di daerah tropis pun dapat mencapai hingga 10 derajat celcius pada sore hari. Pengaruh budaya mandi di iklim tropis yang lebih sering tentu menjadikan masalah hygiene jauh lebih penting.
Berbeda dengan negara dengan iklim kering atau negara yang memiliki 4 musim, kelembaban pada iklim tropis lebih tinggi meski udara dingin. Hal ini menyebabkan kemungkinan pertumbuhan mikroorganisme lebih tinggi dan memungkinkan timbul penyakit pada kulit. Hal ini yang kemudian menyebabkan frekuensi mandi jauh lebih sering bahkan pada kondisi dataran tinggi sekali pun.
Jika mengandalkan pemanasan air menggunakan arang kayu atau kayu bakar, tentu ini akan bergantung pada ketersediaan kayu. Dan sistem seperti ini tentu bertentangan dengan konsep keberlanjutan manakala jumlah populasi dan wisatawan semakin bertambah setiap tahun.