Konsumsi Air Potret Perkembangan – Dewasa ini kita tentu tidak asing lagi dengan seruan sebagian pihak untuk memperhatikan kondisi alam. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Alam yang sedang kita tinggali, sedang mengalami perubahan yang berskala besar dan berada pada titik yang jauh berbeda dari masa sebelumnya. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Kita kenal baru-baru ini istilah antroposen, masa di mana aktivitas manusia mempengaruhi perubahan kondisi alam sekitarnya.
Berbeda dengan periode-periode sebelumnya, jika bumi sudah memasuki antroposen, maka manusia memberi dampak pada lingkungan lebih banyak. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Dampak tersebut tentunya terbagi menjadi dua sisi, yaitu sisi positif dan sisi negatif, yang mana jika kita melihat fakta, tentu sisi negatif yang lebih mudah kita kenal. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Akan tetapi, ada satu fakta menarik, bahwa, kemajuan dan perkembangan peradaban manusia seakan-akan terus sejalan dengan eksploitasi alam. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Air, kita tahu bahwa air adalah sumber daya yang paling esensial di bumi, tanpa adanya air, tidak akan ada dunia yang sekarang kita lihat. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Makhluk hidup tidak bisa hidup tanpa air, ladang tidak bisa panen tanpa air, pabrik tidak bisa beroperasi tanpa air, dan tentu semua lini kehidupan tidak akan hidup tanpa air. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Lantas, bagaimana hubungan manusia dengan air di era antroposen sekarang ini?
Mengapa air menjadi salah satu tolak ukur yang bisa kita ambil untuk melihat kondisi manusia dalam mempengaruhi alam sekitarnya? Konsumsi Air Potret Perkembangan
Kebutuhan Akan Air di Masa Mendatang
Laporan terkait kondisi persediaan air untuk menopang kehidupan manusia di beberapa tahun belakangan untuk proyeksi ke depan, menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan.
Singkatnya, pada tahun 2050 kelak, separuh dari populasi manusia di bumi, akan berhadapan dengan kekeringan jika tidak ada tindakan pencegahan. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Hal ini tentu bukan hanya peringatan semata, karena perlahan namun pasti, manusia seakan telah menggali lubang kebinasaannya sendiri. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Namun, hal ini sebenarnya adalah salah satu potret, dari sudut pandang lain, bagaimana manusia berusaha senantiasa mengembangkan diri. Konsumsi Air Potret Perkembangan
2050 menjadi tahun penentu, apakah umat manusia akan berhasil melalui potensi bencana kekeringan karena ulah tangan mereka sendiri? Konsumsi Air Potret Perkembangan
Atau justru 2050 menjadi peringatan akan keberhasilan umat manusia dalam menanggulangi masalah global?
Dua pertanyaan ini hanya bisa akan terjawab, manakala tahun itu datang dan kita sendiri yang akan menyaksikan bagaimana hasil akhirnya. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Lantas apakah kita hanya menunggu hasil dan tidak melakukan perubahan? Konsumsi Air Potret Perkembangan
Tentu tidak, jika kita hanya menunggu dan tidak melakukan perubahan maka, hasil dari kekhawatiran pertama yang lebih cenderung terjadi. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Sehingga kita perlu untuk melangkah ke poin kedua yaitu, bagaimana umat manusia mampu melalui potensi bencana dan menanggulangi masalah global? Konsumsi Air Potret Perkembangan
Memahami Potret Konsumsi Air dalam Proses Perkembangan
Untuk melalui tantangan ke depan, tentu kita harus mengetahui gambaran umum seperti apa kondisi kita saat ini.
Penggalian data untuk menunjang analisa kita dan proyeksi ke depan akan berperan penting dalam penyusunan rencana.
Tentunya rencana yang kita harapkan bukanlah sekedar rencana mitigasi bencana saja, namun inovasi untuk menciptakan ekosistem baru. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Ekosistem berkelanjutan yang mengusung dua hal penting yaitu manusia dan alam yang bisa hidup berdampingan dan berkembang bersama. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Namun, nyatanya, seperti yang kita singgung sebelumnya, manusia berkembang dengan setidaknya merusak sebagian lingkungan tempat tinggalnya. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Hal inilah yang menjadikan pekerjaan rumah bagi semua penduduk di muka bumi dan menyisakan pertanyaan, apakah pengembangan artinya pengerusakan? Konsumsi Air Potret Perkembangan
Konsumsi Air Terbesar
Sejatinya tentu pengembangan tidak selalu berarti pengerusakan, semua tergantung dari bagaimana tindak lanjut dari pengembangan tersebut. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Sebagai contoh, kebutuhan air untuk irigasi yang merupakan porsi terbesar dalam konteks konsumsi air secara global.
Lalu kemudian, apakah dengan pengembangan sektor agrikultur menjadikan semua air dari dalam tanah kita eksploitasi?
Atau ada cara lain dalam memperoleh irigasi sesuai dengan unsur-unsur lingkungan hidup?
Potret inilah yang seakan memberikan gambaran pada kita bahwa, selalu harus ada yang kita korbankan untuk perkembangan. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Berkembang, seakan memiliki arti untuk membuang dan mengeliminasi sebagian aspek dan menggantinya dengan yang baru.
Mungkin untuk beberapa sektor, hal ini tidak bisa terelakkan, namun dalam konteks lingkungan, tidak boleh ada yang dikorbankan.
Pasalnya, yang sering menjadi bulan-bulanan dari visi perkembangan manusia adalah alam itu sendiri.
Kita ambil kembali contoh, bagaimana agrikultur memerlukan air dengan porsi paling besar dari konsumsi air global sebesar kurang lebih 70%. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Jika kita hanya mengambil segala sesuatu hanya berdasarkan nafsu untuk mengembangkan diri maka yang terjadi adalah eksploitasi air tanah besar-besaran. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Hal ini sudah pernah terjadi di negara-negara maju, lalu mereka pun sadar bahwa bukan ini cara untuk mengembangkan sektor pertanian. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Pasalnya, cara yang mudah dan murah, mempunyai kecenderungan penggunanya untuk asal-asalan dalam menggunakan air. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Menganggap air yang mereka gunakan tersedia dari alam, dan mereka hanya datang untuk memerasnya, tugas produksinya, tentu mereka serahkan ke alam. Konsumsi Air Potret Perkembangan
Potret dan pola pikir inilah, yang sampai sekarang, masih kerap kami jumpai di lapangan, bagaimana sebagian orang menilai sumber air.
Dengan demikian, isu dan sekaligus solusi tentang harga air dan juga perdagangan air di masa mendatang, rasanya kelak akan terwujud.
Porsi Industri dalam Konsumsi Air
Berbanding terbalik dengan kebutuhan air untuk agrikultur, sektor industri hanya membutuhkan air sekitar 20% dari keseluruhan konsumsi global.
Namun, hal ini bukan berarti kondisi di tahun-tahun mendatang tidak akan bertambah, industri akan berlomba dalam konsumsi air dengan semuanya.
Industrialisasi memang masih belum merata sebagaimana agrikultur, artinya, tidak semua wilayah “melek” terhadap industrialisasi.
Namun, bukan berarti hal ini tidak akan berubah, pasalnya, seperti yang kita ketahui, semua pihak ingin berkembang.
Afrika, dari data di tahun 2018, pada tahun 2050 akan melakukan pengembangan sektor industri dengan angka yang paling besar.
Lalu menyusul di belakangnya, kawasan Asia, yang juga berdasarkan prediksi akan terus berkembangan dengan angka yang signifikan.
Dan secara menyeluruh, wilayah-wilayah di belahan dunia akan terus mengembangkan sektor industrial mereka.
Pertanyaannya, berapa jumlah air yang mereka butuhkan untuk beroperasi?
Apakah mereka menggunakan air di luar kuota air bersih yang ada sekarang, atau justru mereka ikut membuat sesak kompetisi penggunaan air?
Proyeksi Perkembangan dari Potret Prediksi Konsumsi Air
Ada hal menarik yang sering beredar dalam lingkup para mahasiswa pada saat masa-masa kuliah mereka manakala diadakan sebuah event.
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemeriahan dan banyaknya kunjungan di sebuah acara, caranya sangat mudah, namun ini butuh jam terbang.
“Lihat tempat sampahnya, kalau sampahnya banyak, artinya banyak kemasan, banyak kemasan artinya banyak produk terjual, banyak produk artinya banyak pengunjung.”
Persamaan ini sangat realistis dan sangat sederhana, dan bisa kita bawa juga ke pembahasan kita kali ini.
Untuk mengetahui bagaimana sebuah negara menjalani proses perkembangan di semua sektor, maka lihat konsumsi airnya.
Sektor agrikultur pada tahun 2050 diprediksi akan mengalami peningkatan konsumsi penggunaan air sebanyak 60% dari konsumsi saat ini.
Dan itu artinya lebih dari separuh kebutuhan saat ini, dan masih ada kemungkinan bertambah, dari mana penambahan ini?
Pertumbuhan populasi, kita pahami tentu, terkadang, faktor demografi memainkan peranan penting dalam sebuah perkembangan, dalam sebuah perubahan.
Massa yang banyak, tentu masih jauh lebih baik, dari hanya segelintir orang yang kompeten pada satu titik.
Sehingga, ada konsep yang mungkin tanpa kita sadari sedang terjadi adalah konsep jadul ‘banyak anak banyak rejeki’.
Meski bukan tanpa kritik, namun faktanya sudah kita lihat bagaimana sebuah negara mengalami masalah justru lebih pelik manakala penduduknya tidak ada.
Populasi Jepang contohnya yang semakin lama semakin menyusut karena masalah sosial masyarakatnya.
Meski tidak kita pungkiri, bagaimana kedigdayaan mereka di masa lalu, tapi dengan kondisi seperti sekarang, banyak pihak khawatir akan masa depan Jepang.
Angka Konsumsi Air yang Berbicara dalam Potret Perkembangan
Lalu, sejauh mana kita bisa menakar sebuah ‘event dari sampahnya’? Menakar perkembangan sebuah sektor dari konsumsi airnya?
Mudah dan sederhana, sesuatu yang berkembang, pasti memerlukan bahan bakar untuk menjadikan roda perkembangan tetap melaju.
Bahan bakar ini tidak hanya energi untuk menggerakkan mesin-mesin, namun juga air.
Keberadaan air sangat vital pada semua lini sektor yang ada pada kehidupan, terutama sektor industri pangan.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa industri agrikultur membutuhkan air lebih banyak dari semua sektor lain, dan masih akan terus bertambah.
Sementara sektor industri, hanya 20% sisanya, akan tetapi konsumsi air deretan negara berkembang akan mengalami kenaikan signifikan beberapa dekade mendatang.
Afrika diprediksi akan melonjak kebutuhan air untuk industrinya sebanyak 800%, sementara Asia sebanyak 250% dan negara sisanya sebanyak 400%.
Yang intinya, semua wilayah naik kebutuhan akhirnya lebih dari 2 kali lipat pada tahun 2050, dan dengan kondisi air yang terus menyusut.
Perkembangan Pesat dan Air yang Menyusut
Dengan angka yang demikian besar, artinya cadangan air bersih harus kita tingkatkan atau kita menggunakan sumber yang ada hingga tetes terakhir.
Beragam cara sedang kita kembangkan sekarang, akan tetapi dengan model kerja yang masih sporadis seperti sekarang, akan sulit mencapai keamanan air di masa mendatang.
Kekeringan hanya akan bisa kita kurangi namun kita tidak akan bisa membendungnya, hal ini karena percepatan teknologi informasi dan komunikasi.
Lantas apa hubungannya?
Percepatan teknologi informasi dan komunikasi seperti kemajuan teknologi di bidang lain, selalu memiliki dua sisi.
Akan tetapi khusus untuk perkembangan teknologi yang satu ini, menjadikan manusia lebih sibuk untuk mengatur dan mengawasi dampak buruk akannya.
Secara sederhana, umat manusia terkesan tidak siap dalam menggunakan hasil dari percepatan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sekarang.
Sehingga hal ini hanya berdampak pada akselerasi dan mempercepat waktu penghabisan air dalam jumlah besar.
Banyak pihak berinvestasi pada instrumen-instrumen yang hanya mendatangkan keuntungan bagi mereka, akan tetapi terkait air, dogma lama masih berlaku.
“Selama air tersedia di alam, kenapa kita harus susah-susah mengolahnya.”
Dan potret ini terjadi di hampir semua level kehidupan manusia tidak terkecuali.
Dengan adanya kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, nyatanya jeritan suara para peniliti belum bisa sampai ke ruang dengar masyarakat.
Sebagian beralasan, realistis, karena yang diperingatkan para peneliti hanyalah sebatas, “what if scenario”, dan belum tentu terjadi.
Sementara perlombaan dan kompetisi memperbutkan pasar dan mempertahankan keberlangsungan bisnis, sudah jelas terlihat di depan mata.
Pandangan ini tidak sepenuhnya tercela, namun, yang menjadi masalah adalah, masalah ini akan mengenai mereka yang tercela dan yang terpuji.
Akan tetapi hal ini bukan berarti menjadikan kita lantas putus harapan dan berpangku tangan.
Potret Nyata yang Harus Menjadi Perhatian Bersama
Perkembangan pada bidang apa pun terbukti tidak terlepas dari eksploitasi air, namun bukan berarti hal ini dibenarkan dan dianggap wajar.
Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi, manusia tentu memiliki kemampuan dan potensi untuk mengatasi masalah mendatang lebih baik dari sebelumnya.
Jika pada beberapa dekade kita masih mengandalkan proses alami dalam memperoleh air yang siap pakai, nyatanya sekarang sudah berubah.
Manusia perlu mawas diri dan memahami bahwa apa yang mereka tanam itu juga yang akan mereka tuai.
Pembiaran yang selama ini telah kita lakukan tentu cepat atau lambat mulai menunjukkan hasil yang nyata.
Saat air kita ambil dengan cara seadanya tanpa memedulikan kondisi alam, maka tentu sekarang semakin lebih sulit.
Namun, belum terlambat dan tidak ada kata terlambat untuk segera berbenah dan mulai menerapkan paham bahwa air yang kita miliki adalah barang bernilai.
Sebagian negara telah memahami kondisi ini, dan bahkan mereka benar-benar menghargai sumber air yang mereka miliki hingga tetes terakhir.
Jerman contohnya, mengembangkan suatu pengolahan limbah dan termasuk kebijakan pengolahan limbah, hingga tidak ada air yang terbuang.
Begitu juga negara-negara di kawasan timur tengah yang terus mengembangkan teknologi pengolahan air laut menjadi air tawar miliki mereka.
Dari beberapa contoh ini, kita lihat bahwa, selain berperan sebagai penyakit pada bumi ini, manusia juga memegang peranan sebagai penyembuhnya.
Berbagai kemajuan teknologi dapat menopang keberlanjutan kehidupan di bumi, dengan menggunakan dan mengarahkan penggunaan teknologi secara bijak.
Bukan hanya mementingkan kepentingan individu atau kelompok tertentu saja, tapi bagaimana meraih kehidupan yang lebih baik untuk semua.
Kesimpulan
Konsumsi air dapat menjadi acuan untuk kita melihat sejauh mana progress dan percepatan perkembangan sebuah daerah atau wilayah.
Dengan angka konsumsi yang menaik tajam, dapat juga kita artikan bahwa progres perkembangan sedang terjadi.
Hal ini tentu harus kita tanggapi dengan respon yang bijak, dalam artian, besarnya angka konsumsi harus berimbang dengan kemampuan supply.
Kemampuan supply air bersih tidak bisa hanya mengandalkan proses penjernihan air secara alami.
Hal ini beralasan, minimnya cadangan air yang ada di dalam tanah untuk bisa langsung kita gunakan sebagai bahan baku utama.
Selain itu, penggunaan kembali dari air limbah juga merupakan upaya untuk mencegah terjadinya bencana kekeringan di tahun-tahun mendatang.
Sehingga, semua dapat terhindar dari akibat berantai dari bencana kekeringan yang dapat berujung pada hal yang tidak kita inginkan.
Mungkin untuk saat ini, kita masih bisa bersantai dan menganggap enteng hal tersebut, namun jika hal ini tidak segera kita ubah, maka kita akan kehabisan waktu.
Waktu terus berjalan menuju ke arah yang jelas yaitu pertambahan nilai kebutuhan manusia dan keterbatasan sumber daya.
Belum lagi isu masalah perubahan iklim yang senantiasa melekat dengan ekspansi industri.
Oleh karenanya, mulai dari sejak saat ini, semua pihak harus bersama bahu membahu untuk segera mewujudkan pengolahan air yang terintegrasi.