Menuju Masyarakat Satu Air mulai banyak menjadi fokus pada sebagian besar kota-kota di dunia untuk menjawab tantangan perubahan iklim. Perubahan seperti yang kita ketahui merupakan ancaman untuk tahun-tahun mendatang dengan modal investasi yang memakan biaya besar. Untuk menekan biaya tersebut serta meningkatkan efisiensi, maka program satu air (One Water) ini menjadi solusi.
Berbicara mengenai program satu air, solusi yang kita dapat adalah kemampuan beradaptasi akan perubahan iklim. Adaptasi terhadap perubahan iklim nampaknya yangnfl shop coupon code best place to buy sex toys adidas shoes sale adidas outlet store orange cheap nfl jersey mens nike air jordan custom baseball jerseys nfl jersey shop new nike air max 2023 custom jerseys couples sex toys for men new nike air max nfl jersey sales nfl shop custom basketball jerseys harus kita lakukan karena kondisi iklim memang sudah berubah. Maka kita perlu memiliki ketahanan terhadap kondisi ekstrem yang mungkin terjadi, serta tetap mengedepankan keadilan sosial.
Berbagai penelitian telah mengarah pada suksesi program satu air pada level kota dan akan terus berkembang. Pemanfaatan segala bentuk sumber air yang sering tersisihkan seperti air limbah, air hujan, termasuk pengolahan kembali air konsumsi menjadi fokus utama. Semua penelitian bertujuan untuk mencapai satu tujuan yaitu, menyediakan manajemen air yang mengusung integrasi dan keberlanjutan.
Ada 7 poin parameter dari program satu air di setiap komunitas masyarakat, baik itu perkotaan maupun wilayah pemerintahan lain, yaitu
- Sistem terintegrasi antara pengolahan air limbah, air hujan, air minum dan seluruh sumber-sumber air
- Optimalisasi energi, material dan juga pemulihan air
- Tetap aman dan mampu bertahan dalam kondisi ekstrem sekali pun
- Sistem yang mampu mempertahankan kualitas air sesuai kegunaan khusus
- Optimalisasi keuntungan bagi 3 landasan utama (sosial, lingkungan dan keuangan)
- Mengusung model yang sudah ada maupun yang sedang berkembang untuk kemajuan layanan
- Koordinasi pertumbuhan pengelolaan air secara komprehensif di level nasional, regional maupun lokal
Program satu air ini akan mengatur pengolahan air secara menyeluruh dan memenuhi kebutuhan akan air di masa mendatang.

Kerangka 1, Menuju Pengolahan Sumber Air Terintegrasi
Pengolahan sumber air terintegrasi sebagaimana telah kta singgung sebelumnya merupakan titik awal pemetaan sumber air. Secara umum sumber air yang sering kita eksploitasi adalah sumber air yang sering kita lihat dan terbilang instan. Manusia memang memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan benda-benda siap pakai di sekitarnya, dengan pengolahan seminimal mungkin.
Hal ini menjadikan, ekploitasi sumber air di sebagian besar wilayah memanfaatkan sumber air yang sangat terbatas, air tanah. Sumber air lainnya seperti sungai dan danau juga menjadi primadona dalam hal ini, namun karena keterbatasan lokasi, maka air tanah sering menjadi pilihan. Potret dampak paling nyata untuk eksploitasi besar-besaran yang tak terkendali bisa kita lihat pada kota-kota besar di pesisir yang mulai berada di bawah permukaan laut.
Sehingga, dengan dampak yang demikian nyata dan terbengkalainya sumber air potensial yang berharga di masa mendatang, perlu ada pengolahan terintegrasi. Pengolahan ini bukan hanya mengeksploitasi sumber baru, namun mengolah kembali, sumber yang pernah terpakai. Seminimal mungkin terjadi pembuangan sumber sebelum benar-benar tidak dapat kita gunakan lagi.
Seperti yang kita lihat pada diagram bahwa perbedaan signifikan dari integrasi pengolahan sumber air adalah ada porsi yang kita kembalikan ke alam. Pengembalian tersebut juga tidak serta merta begitu saja kita kembalikan, namun kembali dalam bentuk yang aman bagi lingkungan. Karena bagaimana pun juga dalam siklus kehidupan manusia, kita mengenal adanya istilah ‘take and give’ dan tentu, ada yang harus kita berikan kepada lingkungan.
Pemulihan kembali juga melibatkan fasilitas pengolahan air yang sesuai untuk setiap kondisi air yang ada. Seperti dalam diagram, bahwa air limbah masih memungkinkan untuk bisa kembali kita olah, menyisakan air yang bisa kita gunakan lagi. Adapun sisa konsentrat akan melalui pengolahan lanjutan sehingga aman untuk proses dumping di lautan lepas.
Kerangka 2, Menuju Optimalisasi Energi, Material dan Pemulihan Air
Karena dalam pengolahan terintegrasi, energi memegang peranan penting, maka dalam hal ini, setiap energi harus berada pada penggunaan optimal. Efisiensi dan efektivitas menjadi kunci utama dalam optimalisasi energi. Energi yang terbuang sia-sia hanya akan memberi beban pada pengolahan berikutnya karena tentunya, membuang energi sama dengan membuang modal.
Pada beberapa sistem pengolahan air, akan kita dapati pada sistem yang tersedia suatu sistem yang kita kenal dengan energy recovery. Sistem ini memiliki tujuan untuk memaksimalkan energi yang telah diproduksi untuk pengoperasian sebuah sistem. Optimalisasi energi ini pada intinya bertujuan untuk menempatkan energi pada prosinya, sehingga tidak terbuang percuma.
Senada dengan optimalisasi energi, optimalisasi material juga senantiasa harus menjadi fokus dalam mewujudkan program satu air. Umumnya, hal ini akan banyak berkaitan pada material habis pakai, yang berasal dari limbah pengolahan air. Bisa berupa suku cadang dari sistem, barang habis pakai dan beberapa item yang lain.
Program daur ulang terintegrasi dari material-material ini harus sejalan dengan program dan mendapat dukungan dari kebijakan pemerintah. Sebab, jika tidak ada kebijakan yang mengikat, maka kondisi material ini akan menimbulkan masalah lingkungan baru yaitu, sampah. Kita tentu ingin mengolah air tanpa menjadikan bumi semakin penuh sesak dengan sampah bekas pengolahan air.
Pemulihan air juga merupakan faktor penting untuk mewujudkan program satu air. Air sejatinya tidak memiliki penyusutan, artinya, air hanya berubah kualitasnya dan menurut beberapa teori, kuantitasnya tidak berubah. Hanya saja, dengan kualitas yang semakin memburuk, menjadikan kuantitas air seakan menjadi semakin sedikit.
Oleh karena itu, hanya perlu memastikan, air yang memiliki kualitas kurang baik, mendapatkan perawatan sehingga bisa kita gunakan kembali. Dari segi fisik, kimia dan biologis, air yang sudah dipulihkan bisa untuk kita gunakan. Terlebih untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk bumi di masa mendatang yang diperkirakan akan terus bertambah.
Kerangka 3, Menuju Ketahanan dan Keamanan Terhadap Kondisi Ekstrem
Jika pengolahan terintegrasi sudah terencana, serta pelaksanaan tetap memperhatikan efisiensi dan efektivitas semua faktor, maka perlu dipastikan ketahanan terhadap gempuran kondisi ekstrem. Seperti yang telah kita singgung di awal, kondisi iklim sudah berubah, artinya kondisi lingkungan tidak akan sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan pada beberapa artikel, kondisi lingkungan di bumi sekarang sudah masuk ke periode antroposen atau era di mana campur tangan manusia turut membentuk kondisi bumi.
Dengan demikian, bisa kita asumsikan, bahwa kondisi di bumi akan senantiasa berubah karena kehidupan dan gaya hidup manusia yang sangat dinamis. Dinamisnya kehidupan manusia ini juga akan berdampak pada kondisi bumi yang berpotensi semakin memburuk. Dengan kondisi yang semakin memburuk itulah, tidak menutup kemungkinan bencana ‘buatan manusia’ akan lebih sering terjadi.
Dalam pelaksanaan program satu air, poin ini harus senantiasa dalam pertimbangan, artinya upaya mitigasi bencana harus senatiasa ada dalam agenda. Langkah preventif dan juga sikap pro aktif harus lebih kita kedepankan ketimbang langkah-langkah represif dan reaktif saja. Menumbuhkan pola semacam ini tentu tidak mudah dan harus tertanam dalam pendidikan karakter sejak dini.
Kerangka 4, Menuju Kualitas Air yang Stabil
Untuk mempertahankan keberlangsungan hidup manusia dan juga lingkungan, maka kualitas air yang stabil menjadi keharusan. Kita tidak akan bisa bertahan mana kala perubahan terjadi terlalu masif dengan frekuensi yang cukup sering. Kesempatan dan waktu untuk beradaptasi tidak akan mampu memberikan toleransi terhadap arus perubahan. Oleh karena itu, kualitas air yang stabil menjadi kunci dalam pelaksanaan program satu air, termasuk di dalamnya, standarisasi limbah yang mencampuri air.
Kerangka 5, Menuju Keharmonisan bagi Kesejahteraan Sosial, Kesehatan Lingkungan dan Kondisi Keuangan
Air adalah sumber daya alam yang terkesan sering kita anggap sepele, namun akan sangat terasa nilainya saat air tidak bisa kita gunakan. Lautan menyimpan banyak sekali air, namun nyatanya tidak bisa berbuat banyak untuk menopang kehidupan manusia dan juga lingkungan. Jika kondisi ini tidak segera menjadi pertimbangan dan fokus, maka ketika sumber daya mulai terlihat nilainya, tentu akan ada konflik.
Konflik ini yang menjadi potensi akan kerusakan berikutnya, masalah sosial dan masalah finansial. Nilai yang semakin tinggi, akan menyisakan sederet konflik sosial, yang mana, tentu hanya segelintir orang saja yang dapat mengakses barang bernilai tinggi. Tentu kita tidak ingin, konflik berkepanjangan terjadi hanya karena perebutan sumber mata air.
Kerangka 6, Menuju pengembangan model yang sudah ada maupun yang sedang berkembang untuk kemajuan layanan
Sederet faktor sebelumnya terkesan bahwa kita harus mengadopsi sesuatu yang baru dan serta merta meninggalkan yang lama. Nyatanya, hal ini justru akan memberatkan program jangka pendek dan memperlambat pencapaian masyarakat satu air. Mengoptimalkan fasilitas yang sudah ada menjadi fokus utama dalam pencapaian program satu air, dan terus mengembangkan fasilitas untuk bersiap menghadapi tantangan di masa mendatang.
Kerangka 7, Menuju pertumbuhan pengelolaan air secara komprehensif di level nasional, regional maupun lokal
Meski wilayah paling rendah adalah kelompok masyarakat sekecil perkotaan, namun program satu air tidak berhenti hanya pada level tersebut. Sebab, jika hanya satu titik saja yang berhasil mencapai program satu air, maka tentu akan menimbulkan potensi masalah ke depan. Potensi masalah ini dapat berasal dan berwujud kesenjangan antar masyarakat yang akan berdampak ke hal lain.
Oleh karenanya, pemerataan harus senantiasa menjadi fokus, karena tanpa adanya pemerataan hingga skala nasional, air tetap akan menjadi bom waktu. Jika semua elemen negara tidak mendukung kebijakan yang mengarah pada pencapaian satu air, maka akan ada lubang yang terus menganga. Hingga akhirnya lubang ini akan menimbulkan lubang yang lebih besar di sisi lain, atau menimbulkan beban yang tidak terhentikan.
Menuju Masyarakat Satu Air Mulai dari Level Paling Rendah
Level paling rendah dari program ini adalah bagaimana agar gagasan masyarakat satu air dapat membumi dan mudah kita kenali. Pola berpikir masyarakat satu air sangat mudah kita pahami, namun komitmen untuk senantiasa menjalankan ide ini memiliki tantangan tersendiri. Sejauh yang telah kita bahas, mayoritas pembahasan masih belum memasukkan ide, intervensi pihak luar dalam proses pencapaian masyarakat satu air.
Intervensi dari pihak luar dan upaya untuk menggagalkan program satu air, secara umum nantinya akan berkutat pada ego sentrisme. Pola pikir seperti ini terbukti tidak pernah hilang dari muka bumi, dan kebanyakan konflik berawal dari sini. Tak terhindarkan program satu air yang menghendaki semua orang mampu menjadi pemenang menghadapi tantangan ke depan, kelompok ini tidak akan diam.
Pertentangan masalah pengolahan air akan terjadi namun kebanyakan tidak secara frontal, namun tetap sistematis dan terstruktur. Perebutan air yang frontal hanya akan meninggalkan label yang buruk di masyarakat dunia. Permainan perdagangan air ini akan berjalan dengan sangat lihai, terselubung dan tidak kasat mata.
Mari Kita Tengok Sejenak
“Saya (bisa) memprediksi, apabila Anda tidak bertanggung jawab dalam mengelola air dalam bisnis Anda, 20 tahun dari sekarang, Anda tidak berada lagi dalam bisnis (bangkrut).”
(Mukhtar Kent, CEO The Coca-Cola Company)
Pernyataan tersebut diutarakan pada tahun 2007, dan 20 tahun berikutnya adalah tahun 2027, pada tahun 2015, The Coca-Cola Company menyelesaikan 100 persen pemulihan air di tahun 2015. Berita akan kekeringan dan suhu yang bertambah panas, telah sedikitnya menggambarkan prediksi dari CEO The Coca-Cola Company. Lantas di mana kita saat ini dalam pengolahan air?
Kejadian tersebut berawal dari penggunaan masif produksi di India saat negara tersebut berada dalam kekeringan. Sehingga muncullah gagasan untuk kembali memulihkan air bekas produksi, hingga akhirnya di tahun 2015, perusahaan minuman ini mencapai 100 persen pemulihan air. Kita bisa lihat di sini, bagaimana bisnis dan negara dalam mengambil peran menangani masalah pengolahan air.
Selalu, yang lebih memiliki kesadaran akan pentingnya suatu komoditas, secara umum, berasal dari para pelaku usaha. Karena mereka tahu dan punya semua perhitungan resiko dan mitigasinya, maka prediksi ke depan adalah hal yang mereka lakukan setiap hari. Namun, juga jangan terlalu naif, bahwasanya pihak swasta juga tidak akan mengambil peran jika dalam kajian mereka tidak ada keuntungan.
Menuju ke Masyarakat Satu Air Bukan Hal Sepele
Terlepas dari adanya intervensi yang bisa memberi dampak positif dan juga negatif dalam pencapaian program satu air, secara global, ini bukan hal yang mudah. Pengolahan air sendiri sudah cukup kompleks untuk bisa dengan mudah kita terapkan di berbagai wilayah, dengan adanya tantangan geografis dan demografis. Tantangan tersebut juga akan menimbulkan potensi konflik berkepanjangan lainnya terutama jika sudah menyangkut kestabilan finansial.
Oleh karena itu, hal yang paling mudah untuk bisa kita lakukan adalah dengan memulai program satu air dari masing-masing kita. Menempatkan air sebagai suatu komoditas berharga sejatinya tidak sulit, bagi mereka yang telah merasakan pedihnya kekeringan. Atau mereka yang merasakan pedihnya air garam, bagi masyarakat pesisir yang jauh dari air tawar.
Maka, terutama kondisi wilayah yang diuntungkan karena letak geografis, harus mengubah pola dalam berkehidupan. Menempatkan sesuatu yang murah sebagai sesuatu yang bernilai, memang bukan hal mudah, tapi hal itu bisa kita ajarkan sedari dini. Pelajaran paling mudah yang bisa kita terapkan adalah dengan tidak melakukan penebangan pohon secara tidak bertanggung jawab dan melakukan reklamasi hutan.
Dua hal ini cenderung lebih mudah kita lakukan karena untuk menanam sebuah pohon di wilayah tropis tentu tidak sulit. Hanya sekedar membiarkan pohon dan vegetasi untuk tumbuh dan hidup lebih mudah dari menggerakkan alat-alat berat untuk menggundulinya. Namun, meski demikian, nyatanya potret terbalik dari hal ini masih banyak kita temukan bahkan hingga sekarang, dan bom waktu terus berjalan, setidaknya menyisakan 4 tahun lagi dari saat ini.