Mitra Water

Solusi Kebutuhan dan Perawatan Air Anda

Limbah SWRO Solusi Lithium?

Limbah SWRO Solusi Lithium? Pertanyaan yang muncul saat kita dengar bahwa sedikit lagi Indonesia menjadi ‘raja baterai’. Semua faktor sudah terpenuhi, hanya saja Indonesia tidak memiliki lithium, tak seperti Australia yang mendominasi produksi lithium dunia. Menyusul di belakang Australia adalah, Chile, yang juga merupakan produsen lithium terbesar kedua di dunia. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Akan tetapi, kedua negara tersebut memiliki cara berbeda dalam memproduksi lithium, di mana Australia berasal dari pertambangan sementara Chile lewat produksi. Perbedaan ini yang kemudian menimbulkan pertanyaan lanjutan bagi penulis, bagaimana produksi lithium di Chilecustom hockey jerseys nfl fantasy jersey custom nfl jersey nike air jordan 6 rings cheap human hair lace front wigs nike air max 90 mens nike air jordan shoes custom hockey jerseys adidas sale cheap basketball jerseys authentic jersey cheap nfl jerseys New England Patriots human hair wigs lace front nfl jersey for sale? Setelah mencari informasi terkait, ternyata Chile menggunakan tambang buatan yang kita kenal dengan Salt-Flat Brines.

Meski kondisi ini mungkin sukar kita temukan di Indonesia karena masalah geografis yang mana berbeda dari Australia, namun peluang masih ada. Lithium merupakan mineral yang sejatinya terdapat banyak di laut, sama seperti mineral-mineral lainnya. Sehingga di sini kita akan mulai berpikir, bagaimana cara untuk mengumpulkan mineral yang tersebar itu dan mengekstraknya?

Tidak lain, salah satu yang berpeluang menjadi jawaban adalah sistem desalinasi dengan menggunakan mesin SWRO atau RO air laut. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Apa itu SWRO?

SWRO adalah singkatan dari Sea Water Reverse Osmosis, yang mana, teknik ini berguna untuk mengolah air laut menjadi air tawar. Ya, Anda tidak salah, air laut yang tinggi salinitas alias asin, dapat kita ubah menjadi air tawar bahkan siap untuk kita minum. Kegunaan ini sangat penting terutama pada beberapa sektor maritim atau non-maritim yang banyak berinteraksi dengan air laut ketimbang air tawar.

Lantas apakah benar Limbah SWRO Solusi untuk Lithium bagi Indonesia?

Tunggu dulu, kita perlu memahami terlebih dahulu, seperti apa prinsip kerja dari sistem SWRO.

SWRO bekerja seperti layaknya teknik reverse osmosis untuk jenis air lainnya, semuanya menggunakan membran. Filtrasi menggunakan membran atau kita kenal juga dengan membrane filtration, merupakan penyaringan yang mendominasi pengolahan air laut. Dapat kita informasikan bahwa sekitar 65% dari keseluruhan fasilitas desalinasi dunia, menggunakan teknik ini.

Teknik reverse osmosis memang berawal dari desalinasi, yang mana bertujuan untuk mengubah air dengan salinitas tinggi menjadi rendah alias tawar. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup akan air tawar sangatlah mendesak, belum lagi jika kita berbicara mengenai ledakan penduduk. Tentunya, memenuhi kebutuhan air tawar dengan hanya mengandalkan sumber dari air tanah, semakin tidak relevan. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Permeate dan Concentrate

Semua jenis air yang masuk ke dalam pengolahan air menggunakan teknik reverse osmosis pasti akan berakhir menjadi permeate atau concentrate. Tidak ada tempat ketiga, hanya ada dua pilihan, menjadi air hasil siap pakai, atau air buangan yang sebagian mengatakan ini sebagai ‘limbah’. Tapi tunggu dulu, meski limbah memiliki konotasi negatif, nyatanya tidak semua limbah itu berdampak negatif.

Semua akan berdampak negatif manakala kita terjebak ke dalam dua hal berikut yaitu:

  1. Tidak memiliki kemampuan mengolah
  2. Tidak memiliki kemampuan mengontrol jumlahnya

Dua hal ini yang menjadi pekerjaan rumah setiap pelaku usaha dalam semua sektor tidak terkecuali, namun terkadang, memang perhitungan keuntungan lebih utama.

Kembali ke masalah permeate dan concentrate, setiap penggunaan mesin reverse osmosis pasti menghasilkan dua cairan ini. Namun, pada pembahasan kali ini kita akan berfokus pada concentrate yang notabene adalah limbah produksi. Pada SWRO concentrate juga bisa masuk ke dalam kategori brine atau larutan dengan salinitas tinggi. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Sebentar, masih ingat bagaimana Chile memperoleh produksi lithium mereka? Ya, dengan memanfaatkan Salt-Flat Brine, dan tentu saja, brine di sana (Chile) tentu berkaitan dengan brine di sini (SWRO). Keduanya memiliki kesamaan yaitu, cairan dengan kandungan mineral terlarut yang lebih tinggi dari saat cairan masih berupa bentuk mentah. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Air baku untuk SWRO berasal dari air laut yang memiliki angka zat padat terlarut yang cukup beragam jumlahnya. Umumnya untuk kategori air laut, berada pada rentang angka 10.000 hingga sekitar 45.000 ppm atau mg/L. Di dalam setiap Liter air laut terdapat bermacam-macam mineral yang kebanyakan berupa garam, sodium maupun magnesium, dan salah satunya pula ialah lithium.

Kegunaan SWRO dan Masa Depan Keberlanjutannya

Air tawar, seperti yang kita singgung sebelumnya, merupakan kunci utama kehidupan, oleh karenanya, perlombaan mendapat air tawar tak terhindarkan. Sebagian besar peradaban jaman kuno, memulai peradaban mereka dari sungai-sungai yang notabene sumber air tawar. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku untuk kondisi bumi masa kini, yang mana sungai, menjadi salah satu lokasi paling berpolusi di permukaan bumi. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Tentu, manusia tidak akan tinggal diam hanya berpangku tangan tenggelam dalam keputusasaan menghadapi kenyataan pahit ini. Pengolahan air yang mengusung konsep keberlanjutan, saat ini kerap kita dengar. Salah satu dari konsep-konsep yang ada tersebut ialah pengolahan air laut menggunakan teknik reverse osmosis. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Kemampuan pengolahan yang bahkan dapat menyaring mineral dalam skala mikroskopik sekalipun, menjadikan ketersediaan air dapat terjaga. Tidak hanya itu, peluang untuk memanfaatkan air limbah bekas produksi juga terbuka lebar. Sehingga, kemungkinan untuk semua elemen masyarakat terhindar dari malapetaka yang kita kenal dengan kekeringan dapat terwujud. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Dan terlebih selain itu, ada potensi integrasi dan optimalisasi material yang masih terkategorikan limbah dalam setiap produksinya. Sekarang kita masuk ke dalam, apakah limbah SWRO dapat kita manfaatkan kembali? Limbah SWRO Solusi Lithium?

Potensi Lithium dari Lautan

Lautan, mendominasi 70% dari seluruh permukaan planet kita dan itu bukan angka yang kecil jika kita lihat berapa luas pemukaan dan kedalaman yang ada. Secara keseluruhan, kurang lebih ada sekitar 1,3 Milyar kilometer kubik air laut yang ada di bumi. Dan untuk menambah daftar, lautan menyimpan potensi lithium sebesar 230 juta ton lithium. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Gambaran mudahnya adalah, jika manusia mampu mengekstrak 0.1 persen saja dari keseluruhan lithium di laut, itu sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan pengembangan teknologi.

Ya, ini faktanya, dan kita sedang berada di pusaran fakta itu. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Baik, sekarang coba mulai kita hubungkan setiap benang yang masih belum terangkai, sehingga Anda memiliki gambaran umum. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Indonesia merupakan negara kepulauan, yang memiliki luas wilayah cukup besar untuk menampung sekitar 273,8 Juta orang di tahun 2021. Dan beruntungnya, dari keseluruhan luas wilayah Indonesia, 6,4 Juta kilometer persegi adalah perairan. Luas total wilayah Indonesia adalah 8,3 Juta kilometer persegi, yang artinya lebih dari separuh luas Indonesia adalah air. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Maka sekarang, timbul pertanyaa lebih spesifik, berapa kira-kira lithium di laut Indonesia?

Lithium yang Ada di Laut

Perlu kita ketahui terlebih dahulu, bagaimana karakteristik lithium yang ada di lautan, bagaimana mereka bisa terdapat jauh lebih banyak? Apa proses utama yang membentuk mineral lithium banyak di lautan? Dan apakah lautan Indonesia salah satu cadangan lithium yang memiliki potensi besar untuk bisa kita ekstrak? Limbah SWRO Solusi Lithium?

Kita akan mengenal terlebih dahulu, apa itu lithium? Limbah SWRO Solusi Lithium?

Litihum, merupakan unsur logam kimia, bersifat alkali dan memiliki warna putih keperakan, dengan nomor atom 3. Sehingga, lithium pasti alkali tapi tidak semua yang alkali itu lithium, tapi jika ada baterai alkali, bisa terindikasi bahwa itu baterai lithium. Unsur ini juga memiliki sifat reaktif dan mudah terbakar, sehingga wajar jika kita lihat di kemasan baterai, ada larangan untuk memperhatikan pembuangannya.

Karakteristik lainnya adalah, unsur ini tidak pernah ada bebas di alam, melainkan selalu dalam bentuk senyawa ionik. Salah satu sumber lithium adalah mineral pegmatit, yang merupakan batuan beku yang terbentuk dari magma saat mengkristal. Karena umumnya lithium berupa senyawa ion, maka jumlah litihium banyak ditemukan di lautan, khususnya yang memiliki konsentrasi salinitas tinggi.

Konsentrasi Salinitas Tinggi (Brine)

Brine, adalah awal dari perjalanan ekstraksi lithium, bagaimana kita bisa mendapatkan brine? Dengan mencari lautan yang memiliki kadar garam tinggi, jika tidak? Kita kumpulkan salinitasnya hingga menjadi tinggi. Dan itulah yang terbesit dalam benak penulis, jika memang itu jawabannya, tapi mari kita telaah lebih lanjut. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Yang termasuk dalam kategori brine adalah air yang memiliki kadar salinitas di atas 50.000 ppm atau lebih dari 50 ppt. Brine umumnya dapat kita temukan secara alami maupun efek dari aktivitas industri salah satunya adalah limbah SWRO. Sekarang apakah setiap limbah SWRO adalah brine yang berpotensi menjadi Salt-Flat Brine seperti di Chile? Limbah SWRO Solusi Lithium?

Limbah SWRO Solusi Lithium?

Coba kita lihat diagram di atas, sedikitnya kita dapat mengetahui seperti apa pertambangan lithium di Chile yang memproduksi lithium kedua terbesar di dunia. Seperti yang telah kita bahas, lithium kebanyakan berasal dari batuan pegmatit, yang merupakan hasil dari pembekuan magma, maka syarat utama adalah aktivitas vulkanik. Aktivitas vulkanik artinya harus ada gunung berapi, bekas gunung berapi, atau bisa juga gunung bawah laut. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Pada kasus, pertambangan di Chile yang memproduksi lithium, begitu juga Australia, keduanya memiliki iklim kering dari segi geografis. Dan secara umum, lithium di darat, berasal dari daerah dengan iklim kering, salah satunya yang ada di Chile. Namun, jika kita lihat lebih seksama, tambang lithium di Chile, memiliki kolam Brine dengan senyawa LiCl, yang mana kita tahu, ini garam.

Lithium Chloride di Laut

Dari jenis senyawa garam yang kita tuju untuk bisa kita ekstrak menjadi Lithium, nyatanya cadangan lithium di lautan tidak terlalu besar mana kala berbicara terkait hasil limbah. Namun, bukan berarti kondisi ini menghentikan kita dari pola pikir kebrlanjutan, untuk masa mendatang. Pada sebuah jurnal ilmiah, komposisi lithium chloride dari concentrate pengolahan air laut hanya 0.005% dari total 100%.

Itu artinya, angka ini sangat kecil jika kita bandingkan dengan dominasi garam lain seperti sodium, magnesium, kalium atau kalsium. Namun, sekali lagi angka kecil ini bukan berarti tidak bisa bertambah kuantitasnya, meski dengan prosentase yang minim. Mudahnya adalah, 1,3 Milyar Kilometer Kubik volume air laut kita kalikan dengan 0.005% dan hasilnya adalah 65.000 Kilometer kubik atau 65 milyar ton.

Angka ini tentu masih estimasi, dan angka yang mungkin lebih tepat adalah 230 juta ton lithium yang merupakan setidaknya dari keseluruhan air laut. Dari 230 juta ton lithium, berarti hanya sebagian kecil saja yang akan Indonesia dapatkan, kemungkinan sekitar 2,6 juta ton lithium jika mengandalkan dari proyek desalinasi. Perhitungan ini berdasar asumsi, bahwa setiap proyek desalinasi mengolah 10 Milyar ton air laut maka akan kita dapat 2 ton garam lithium. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Tentu, ini tidak main-main, dan tentu harga dari 2 ton garam lithium limbah desalinasi ini seakan mahal apabila kita terfokus pada lithiumnya. Tapi pernahkan kita berpikir, bahwa selain lithium ada juga mineral lain, dan lebih dari itu, kita mendapat air tawar, dari proyek desalinasi. Desalinasi menggunakan teknik reverse osmosis merupakan teknik dengan penggunaan energi yang intensif, akankah ini sepadan?

Urgensi Energi Terbarukan

Dari sini semakin kita rasakan, betapa mendesaknya investasi untuk pengembangan energi terbarukan, dan tentu yang paling layak adalah hidrogen. Mengapa hidrogen? Hidrogen adalah unsur terbanyak yang kita miliki, dan juga berasal dari senyawa yang sama dengan produksi lithium, yaitu air (H2O). Bayangkan bila dalam kita mengolah air laut, bukan hanya air tawar yang kita kejar, namun semua yang ada di air laut yang kita manfaatkan. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Pengembangan energi yang berasal dari hidrogen sudah banyak kita dengar mulai diterapkan di beberapa moda transportasi. Tapi, resiko akan kecelakaan masih besar, sehingga, mungkin akan lebih tepat, bila Hidrogen diperuntukkan pada sesuatu yang lebih besar. Seperti pembangkit listrik dari hasil pembakaran gas hidrogen dari air yang terkenal lebih aman bagi lapisan ozon.

Namun, berbeda dengan sistem pembakaran pada umumnya, sejatinya kita sedang berhadapan dengan unsur tertua, yang juga 91% unsur dari Matahari. Sederhananya, kita sedang berusaha menciptakan matahari di bumi dengan skala lebih kecil, dan tetap berusaha mengontrol ledakannya. Dan kesadaran akan hal ini, sejatinya sudah memiliki pendahulu-pendahulu, yang meneliti, bagaimana ‘matahari’ bisa kita buat di bumi. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Bayangkan saja, untuk membuat 1 kg Hidrogen, kita hanya memerlukan listrik sebesar 1.5 kWh, sementara 1 kg Hidrogen dapat menghasilkan 33 kWh energi listrik. Pertanyaan sederhananya adalah, bagaimana menghasilkan 1.5 kWh untuk produksi hidrogen tanpa merusak lingkungan. Jawaban salah satunya dengan menggunakan deretan pembangkit terbaruka berupa Hydropower, Photovoltaik (panel surya), Tenaga Bayu, Ombak dan juga Gas Alam. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Kesimpulan

Limbah SWRO Solusi Lithium? Ya, solusi, akan tetapi bukan menjadi fokus utama, karena sekarang sedang tinggi-tingginya lithium, maka harganya menggiurkan. Ekonomi boleh saja, bisnis tidak masalah, tapi apakah peradaban manusia hanya akan berhenti pada kepentingan segelintir orang? Saya rasa, tentu tidak ada yang setuju, tangan kita harus bergandengan mencapai kebutuhan dan kemakmuran bersama. Limbah SWRO Solusi Lithium?

Bayangkan jika semua kepentingan pribadi, untuk sementara waktu kita sisihkan, bersabar, optimis dan melakukan estafet pesan ini. Masalah kita semua bukanlah sumber daya alam, bukanlah kecerdasan, bukanlah kemahiran, akan tetapi kejujuran. Sistem kehidupan kita semakin hari semakin mengarah kepada sistem ketidakjujuran, sistem penipuan dan tidak transparan.

Jika kita menghendaki perubahan, maka perubahan itu bisa kita mulai dari bagaimana memperbaiki pola kejujuran dalam hidup kita. Sekali saja, kita mengarah kepada kejujuran komunal, maka penulis yakin di sana ada harapan. Namun, menjadi seorang yang menjunjung kejujuran di zaman sekarang, sama seperti perbandingan garam lithium di tengah gempuran garam lainnya di lautan.

Sebagai penutup, dalam 11 tahun, jika semua masing-masing kecamatan di Indonesia memiliki investasi mesin SWRO 350 ton sehari, maka produksi lithium 2 ton dalam 11 tahun bukan angan. Hanya, bagaimana setiap kecamatan di Indonesia tidak hanya memiliki 1 unit mesin SWRO 1 unit tapi 10, 20, 50 atau bahkan 100. Maka produksi lithium dari laut juga bisa kita dapatkan, meski memang terkesan jika fokus kita pada lithiumnya, maka lithium ini nilainya tinggi, karena produksi yang rendah, dan konsumsi energi tinggi.

Tapi, bukankah kita bisa menggunakan lithium ini untuk konsumsi kita sendiri, dan tidak untuk dijual?

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *